Pemerintah tidak ingin ada lagi BUMN (Badan Usaha Milik Negera) terbeli oleh pihak asing. Sebaliknya, mereka berupaya perusahaan-perusahaan pelat merah berekspansi ke luar negeri. Karena itu, Kementerian BUMN sudah mengincar Myanmar sebagai negara investasi BUMN.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, ekonomi Indonesia telah kuat. Beda dengan kondisi 15 tahun lalu, dimana negara kekurangan dana untuk menjalankan negara. Sehingga, penjualan BUMN ke asing adalah salah satu upaya untuk meningkatkan anggaran.
"Saat ini, kondisinya sudah terbalik. Dulu jual, jual, jual, sekarang beli, beli, beli. Beli bisa dalam arti ekspansi dan investasi ke luar negeri," cetusnya.
Mantan Dirut PLN itu menyebut Myanmar yang menjadi sasaran BUMN untuk ekspansi. Apalagi, tambahnya, Indonesia memiliki andil besar di bidang politik di negara yang juga bernama Burma.
"Sekarang politik sudah stabil, mereka berancang-ancang melaju bidang ekonomi. Ini kesempatan kita, jangan sampai Indonesia tidak mendapat apa-apa dengan kemajuan ekonomi Myanmar. Apalagi, sekarang investasi tentu masih murah," paparnya.
Dahlan masih belum bisa menjelaskan BUMN atau bidang apa saja yang menjadi incaran. Namun, pihaknya telah membuka kantor perwakilan di Myanmar. "Kantornya kecil hanya diisi oleh beberapa staf. Mereka dari BNI, Pertamina, dan Semen Gresik," ungkapnya.
Tugas mereka, kata Dahlan, menganalisis potensi-potensi ekonomi, dimana BUMN Indonesia bisa menjadi investor. Dalam enam bulan kedepan, para staf itu kembali ke Jakarta untuk melaporkan dan mengevaluasi kepada Kementrian BUMN. "Dari diskusi itu, kita bisa tentukan bidang apa untuk kita kerjakan," ujarnya.
BUMN yang akan dilibatkan dalam pengembangan bisnis ke luar negeri diantaranya dari sektor perbankan, semen, dan infrastruktur. Saat ini sudah ada beberapa BUMN yang telah mempersiapkan secara serius program investasi ke luar negeri tersebut. (ref : JPNN)
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, ekonomi Indonesia telah kuat. Beda dengan kondisi 15 tahun lalu, dimana negara kekurangan dana untuk menjalankan negara. Sehingga, penjualan BUMN ke asing adalah salah satu upaya untuk meningkatkan anggaran.
"Saat ini, kondisinya sudah terbalik. Dulu jual, jual, jual, sekarang beli, beli, beli. Beli bisa dalam arti ekspansi dan investasi ke luar negeri," cetusnya.
Mantan Dirut PLN itu menyebut Myanmar yang menjadi sasaran BUMN untuk ekspansi. Apalagi, tambahnya, Indonesia memiliki andil besar di bidang politik di negara yang juga bernama Burma.
"Sekarang politik sudah stabil, mereka berancang-ancang melaju bidang ekonomi. Ini kesempatan kita, jangan sampai Indonesia tidak mendapat apa-apa dengan kemajuan ekonomi Myanmar. Apalagi, sekarang investasi tentu masih murah," paparnya.
Dahlan masih belum bisa menjelaskan BUMN atau bidang apa saja yang menjadi incaran. Namun, pihaknya telah membuka kantor perwakilan di Myanmar. "Kantornya kecil hanya diisi oleh beberapa staf. Mereka dari BNI, Pertamina, dan Semen Gresik," ungkapnya.
Tugas mereka, kata Dahlan, menganalisis potensi-potensi ekonomi, dimana BUMN Indonesia bisa menjadi investor. Dalam enam bulan kedepan, para staf itu kembali ke Jakarta untuk melaporkan dan mengevaluasi kepada Kementrian BUMN. "Dari diskusi itu, kita bisa tentukan bidang apa untuk kita kerjakan," ujarnya.
BUMN yang akan dilibatkan dalam pengembangan bisnis ke luar negeri diantaranya dari sektor perbankan, semen, dan infrastruktur. Saat ini sudah ada beberapa BUMN yang telah mempersiapkan secara serius program investasi ke luar negeri tersebut. (ref : JPNN)